Kisah Wulan : Pembuktianku
Hello Garaku apa kabarnya nih? Alhamdulillah Garamin dapat banyak email masuk dari inspirator yang ingin berbagi kisah dengan kalian. Garamin bingung milih yang mana yang mau dipublikasikan, setelah beberapa kali memilih dan memilah, untuk hari ini Garamin akan mempublish kisah dari mbak Wulan ( bukan nama sebenarnya) yang membuktikan gosip dan nyinyiran tetangga dengan kesuksesan. Kok nama tokohnya bukan nama asli min? Sebetulnya Garamin ingin publish, tapi ada permintaan dari inspirator untuk menghidden nama aslinya karena alasan privacy. Yaudah daripada Garamin makin gak jelas, baca cerita dari mbak Wulan berikut ini.
Hai, namaku Wulan. Umurku sepantaran dengan umur Garamin. Aku ingin sharing bagaimana caranya aku membalas nyinyiran dan gosip dari tetangga yang ditujukan kepadaku.
Cerita ini bermula ketika aku lulus SMA di tahun 2010 lalu. Pada saat lulus, aku masuk 3 besar dengan perolehan nilai UN tertinggi, bahkan pada saat itu ada salah satu kampus negeri yang memberiku jalur khusus undangan alias tanpa tes. Aku pun menerima jalur tes tersebut dan memilih jurusan ilmu sosiologi, karena aku ingin sekali belajar bagaimana mengelola masyarakat dan menganalisa karakter masyarakat.
Kabar aku diterima di salah satu kampus negeri di Jogja pun mulai menyebar di kampungku. Mungkin karena ibuku yang menjawab pertanyaan tetangga, Wulan mau lanjut dimana. Ya namanya tetangga, ada yang mendukung, ada pula yang nyinyir. Salah satu tetangga yang hobi nyinyir adalah Tante Tris. Tante Tris ini terkenal di kampungku karena suka gosip. Semua tetangga di gosipin, termasuk aku. Tante Tris bilang ke ibuku kalau Aku bakal gak bisa nyari kerja apabila memilih jurusan Sosiologi. Dia membandingkan aku dengan anaknya yang masuk fakultas kedokteran. Ibuku menanggapi ocehan tante Tris dengan selow. Akhirnya, tante Tris pun pulang dengan ngomel-ngomel sendiri.
Keesokan paginya, secara kebetulan aku berpapasan dengan tante Tris. Dia menyapaku sebentar, kemudian ngobrol lama denganku. Dia mulai membangga-banggakan anaknya yang masuk fakultas kedokteran di depanku. Aku sebenarnya risih, tapi untuk menghormati beliau aku dengerin semua ocehannya. Setelah membangga-banggakan anaknya, dia mulai menjelek-jelekkan kampusku dan jurusan yang aku pilih. Aku masih sabar mendengarkannya, 10 menit kemudian aku mulai menghentikan ocehannya dan berpamitan karena mau ke kampus untuk mengumpulkan persyaratan. Raut wajah tante Tris pun berubah cemberut, dia pun kembali ke rumahnya.
Singkat cerita, 3 tahun kemudian aku berhasil menjadi sarjana, begitu juga anak tante Tris yang juga lulus sarjana kedokteran. Aku pun mulai untuk melamar pekerjaan, dan sambil menunggu panggilan untuk interview, aku berdagang kecil-kecilan. Aku berjualan kacang polong yang ku beri macam-macam bumbu seperti pedas, keju, barbeque,dan asin. Aku menjajakan daganganku di sekolah-sekolah yang ada di dekat kampungku. Pertemuanku dengan tante Tris tak bisa dihindarkan. Kebetulan aku bertemu kembali dengan beliau pada saat aku sedang menjajakan daganganku di SD yang tak jauh dari rumah. Dia menyapaku terlebih dahulu, dia bertanya kepadaku mengapa aku disini, aku jawab saja kalau aku sedang jualan. Dia cuma tersenyum sinis, lalu melanjutkan langkahnya menuju ke rumahnya. Alhamdulillah jualanku hari ini laris, maklum aku hanya menjual 1 bungkus kacang polong beraneka bumbu 2000 rupiah saja, aku pun kembali ke rumah.
Sampai di rumah, aku dipanggil oleh bu RT. Dia bertanya kepadaku apa betul aku berjualan di SD, aku pun mengangguk. Akhirnya dia mengajakku ngobrol panjang lebar sama persis dengan tante Tris. Aku pun mulai risih dengan ocehan beliau. Terpaksa aku potong obrolan beliau, karena aku gak mau diatur seperti ini.
Sebulan kemudian, aku mulai menikmati rasanya berjualan. Dan kali ini hampir setiap jengkal orang yang aku temui tahu kalau aku berjualan di SD. Beberapa tetanggaku berani blak-blakan mengejekku Sarjana kok jualan di SD, apa gak ada kerjaan lain? eman-eman ijasahnya. Mereka pun mulai membandingkan diriku dengan anaknya tante Tris yang sudah menjadi dokter di Puskesmas. Disini aku mulai down, dan aku langsung kembali ke rumah sambil menangis. Yah, aku menangis karena cemoohan dari tetanggaku yang tak kunjung reda. Aku tak tahan, akhirnya aku memutuskan untuk kabur dari rumah. Malam harinya, keluargaku pun panik karena aku belum berada di rumah, mereka pun mencariku. Setiap sudut kampung, jalan raya, perkebunan, mereka telusuri. Ibuku pun feeling kalau aku mesti berada di rumah pohon. Rumah pohon ini dibuat oleh kakekku untuk melihat indahnya gunung Merapi, dan saat SMA menjadi rumah singgahku kalau aku suntuk sekolah bahkan ketika kuliah, aku mengerjakan semua tugasku disini. Suasanannya yang tenang membuatku bisa berkonsentrasi. Ibuku mulai memanggil namaku di bawah rumah pohon, aku pun keluar dari persembunyianku. Aku pun turun dan memeluk ibuku. Aku ceritakan semua ke ibuku.
Ibuku pun memberiku nasehat cuma 1 kalimat, "Buktikan ke Mereka, nak". Nah disinilah, aku mulai semangat lagi. Akhirnya aku meneruti permintaan ibuku untuk pulang ke rumah. Ketika berada di jalan kampung, aku mendengar bisik-bisik gak enak dari tetangga terhadapku. Ingin rasanya aku menangis lagi, tapi ibuku menggeleng-gelengkan kepalanya memberiku kode untuk tidak menangis. Kami pun tetap melanjutkan langkah menuju rumah. Yah begitulah tetanggaku, nyinyir dan tukang gosip, tapi ada juga yang baik banget. Pagi harinya, aku mulai berdagang kembali. Kali ini aku mengambil tujuan ke sekolah yang berada di seberang Sungai gajah wong. Ternyata hari ini daganganku gak laku, mungkin karena murid disini belum kenal aku, beda dengan SD yang berada di dekat rumah. Aku pun duduk di trotoar sembari berharap ada yang membeli daganganku. Aku pun mulai frustasi karena daganganku tak kunjung berkurang. Tiba-tiba ada seorang bapak yang mengagetkanku dari belakang, beliau menepuk pundakku. Dia bertanya aku jualan apa. Aku pun mulai menawarkan produkku. Dia tertarik dan membeli 1 bungkus kacang polong rasa keju. Dia mulai memakan kacang polong tersebut sampai habis, dan dia membeli lagi bahkan memborong semua daganganku. Aku seakan gak percaya.
Beliau menyerahkan uang 100 ribu untuk semua daganganku. Kata beliau sebelum berpamitan, kacang polong yang aku goreng sangat enak dan sepertinya mampu menjadi camilan kekinian kalau kemasan bungkusnya dibuat lebih menarik. Aku pun menjadi kepikiran, mencari ide bungkus yang bagus. Di sepanjang jalan pulang, aku terus memikirkan kemasan yang bagus untuk kacang polongku ini. Di tengah jalan, aku melihat plastik kemasan dari makaroni yang sangat hits di jogja, dan muncullah ide untuk kemasan kacang polongku.
Berhubung aku tidak bisa design, aku meminta bantuan teman SMA ku yang jago design. Dia pun memberiku design gratis dan mendoakanku agar daganganku cepat laris. Nah, disini muncul sebuah kegelisahan, darimana aku bisa mendapatkan uang banyak untuk mencetak design ini menjadi plastik kemasan. Aku pun cerita ke bapakku, dan alhamdulillah bapak memberiku uang untuk membuat plastik kemasan. 3 hari kemudian , plastik kemasan untuk kacang polongku pun jadi. Berhubung sudah memiliki kemasan sendiri, aku pun menjual harga dengan sedikit tinggi yakni 7 ribu untuk plastik ukuran sedang, dan 12 ribu untuk plastik ukuran besar. Aku mulai menawarkan daganganku ke teman-teman SMA ku dulu dan teman-teman kampus.
Berhubung rumahku sedikit sempit, aktivitas pengepakkan kacang polongku di teras rumah. Lagi dan lagi, aku melihat tante Tris dari kejauhan, dan kali ini dia bersama dengan bu RT. Mereka pun mulai dekat dengan rumahku. Aku mulai cuek saja dengan nyinyiran mereka. Dan benar, mereka pura-pura menyapa aku dan ibuku, setelah menjauh dari pintu pagar, mereka saling berbisik. Aku sempet mendengarkan bisik-bisik mereka, " halah, jualan kacang polong berapa sih keuntungannya, lebih enak kerja kantoran dapat gaji gedhe". Ingin rasanya aku melempar mereka pakai sandalku, tapi aku tahan karena percuma juga. Hari ini, aku mendapat orderan 10 bungkus dari teman SMAku. Sistem yang saat ini ku pakai adalah COD bayar di tempat, jadi aku pun harus mengantar dagangan ini ke tempat yang kami setujui.
Perlahan-lahan daganganku pun mulai laris. Yah, walaupun yang beli itu teman-temanku sendiri. Entah mengapa, 2 bulan kemudian aku mulai mendapatkan order dari Magelang dan Purworejo. Aku bingung kalau aku kesana sangat jauh . Aku pun mulai menerapkan sistem pengiriman menggunakan paket dan pembayaran lewat transfer bank. Berhubung aku belum punya rekening bank sendiri, aku bergegas menuju salah satu Bank BUMN yang berada di seberang pasar. Transferan pun mulai masuk ke rekeningku. Dan pelangganku pun akhirnya sampai Magelang dan Purworejo.
Tepat hari ini dimana aku mengirim email ke Goolali.online, pengiriman kacang polongku sudah sampai Aceh dan paling jauh ke Maluku dengan kuota 2000 bungkus kacang polong ukuran besar. Hampir tiap bulan aku mendapatkan orderan di atas 1000 pax kacang polong dari kedua provinsi tersebut, dan beberapa daerah juga ada orderan meskipun hanya 50 pax. Aku pun mulai memiliki reseller dari kedua provinsi tersebut, kata mereka kacang polong buatanku ini banyak diorder kembali oleh hotel-hotel disana untuk dijadikan camilan coffe break. Akhirnya, Aku pun bisa membeli sepeda motor untuk menunjang aktivitasku. Lucunya lagi, ketika dealer motor mengantarkan motor ke rumahku, tetanggaku yang satu ini masih saja nyinyir kalau aku berani kredit motor padahal penghasilanku dari kacang polong tidak sebesar gaji kantoran. Padahal aku membeli motor ini secara cash tanpa pinjam uang siapa-siapa. Bahkan aku berencana untuk membuat outlet camilan kekinian. Aku mulai survey-survey cari kontrakan yang murah untuk aku membuat outlet. Aku yang awalnya sendirian, kini mulai mendapatkan patner kerja 2 orang, itu pun anaknya tetanggaku yang lainnya. Mereka berdua sempat dibujuk-bujuki tante Tris untuk menolak ajakanku dengan alasan gajinya yang kecil. Padahal, aku mampu menggaji mereka secara UMR lhoo..
Nah, itulah sharing ceritaku ke Goolas. Jadi, buat kalian yang merasa down karena nyinyiran tetangga mulai saat ini, jangan dengarkan mereka. Balaslah nyinyiran tersebut dengan BUKTI. yap, pembuktian bahwa kamu bisa sukses, bahwa kamu tak seperti apa yang mereka nyinyir.
Buat kalian yang ingin membagikan cerita kehidupan kalian yang bisa menginspirasi generasi muda, kalian boleh kok kirim ceritanya ke email : goelaliindonesia@gmail.com
Sementara ini goolali belum bisa memberikan kenang-kenangan atas tulisanmu yang menginspirasi.
Baca juga kisah inspiratif lainnya :
Kisah Fera
Kisah Ida
Sangat menginspirasi...
ReplyDelete