Promotional GaraMedia>>> Rumah dikontrakkan di perumahan mutiara residence no c5. Bantul, info lebih lanjut : 081802732747 (Mbak Lucky)** STIE NUSA MEGARKENCANA YOGYAKARTA membuka pendaftaran mahasiswa baru secara online : http//bit.ly/pmbstienus Program studi pilihan Akuntansi dan Manajemen sudah terakreditasi "B" Prodi maupun Institusi, alamat kampus JL. AM.Sangaji no 49-51 Yogyakarta ** Bingung olah data buat skripsi? Langsung aja cuss ke Bengkel olah data,info lebih lanjut hubungi : 08174100387 ** Mau iklanmu dimuat di GaraMedia? Email aja ke garamediaindonesia@gmail.com ** Harga promosi : Iklan Baris :Rp 20.000/bulan, Iklan Banner: Rp 50.000/Bulan**
Link Banner

Kisah Juni : Jangan panggil aku si lemot


Hello Garaku, cukup lama goelasmin gak update cerita inspiratif di Garamedia, maklum kemarin Garamin meriang jadi bawaannya pengen tidur mulu. Oke, cerita inspiratif kali ini akan menceritakan tentang bullying yang dialami oleh mas Juni di waktu SMA dulu. Seperti biasa, karena Garamin terpentok dengan perjanjian privasi, maka nama Narasumber akan diinisialkan, begitu juga dengan nama tempat yang terjadi dalam cerita beliau .  Mas Juni ini merupakan konsultan hukum untuk salah satu perusahaan Nasional.
Cerita beliau, ketika SMA, mas Juni ini sering dibully dan dijuluki "si lemot" oleh teman sekelasnya, bahkan beberapa guru pun juga ikut-ikutan memanggil "si lemot". Sepertinya menarik, langsung saja yuk simak ceritanya.

Goolas, perkenalkan namaku Juni, aku teman dekatnya Garamin, biar ceritaku bisa ditayangkan di Garamedia hehe. Aku sekarang bekerja sebagai konsultan hukum untuk salah satu perusahaan Nasional.
Kalau flashback ke masa SMA, rasanya hatiku hancur dan marah. Siapa sih yang gak marah kalau dipanggil dengan sebutan "si lemot"? Yap, aku mendapatkan bullyian itu ketika di SMA. Waktu itu kelasku sedang pelajaran Matematika, Aku disuruh maju oleh pak Tamim, guru Matematika di SMA di kelas 2 yang terkenal killer. Dan aku gak bisa mengerjakan soal tersebut, bukannya diajari aku malah dirundung. " Gitu aja kamu gak bisa ngitung, itu otak dipakai makanya biar gak lemot" kata Pak Tamin. Satu kelas tertawa terbahak-bahak mendengar aku dikata-katain. Aku pun kembali ke tempat dudukku sambil menahan malu. Ku kira panggilan "si Lemot" akan berakhir pada saat mata pelajaran Matematika selesai. Ternyata justru berlanjut sampai aku lulus SMA.

Gak di sekolah, ketemu di jalan, temen sekelasku tetap menyapaku dengan panggilan "si Lemot". Aku sempat membentak salah satu sahabatku yang ikut-ikutan memanggilku "si Lemot", tapi apa jawabnya dia, " Itu bercanda kali, jangan baper". Whaaat... jangan baper? aku begitu marahnya sama sahabatku itu. Aku ingin sekali cepat-cepat lulus SMA, biar cepat gak ketemu mereka.
Semakin hari, mereka malah semakin nglonjak. Bahkan entah mengapa panggilan "si Lemot" menjadi terkenal satu sekolahan. Awalnya aku gak masalah, tapi lama-lama aku jadi muak untuk sekolah. Melinda adalah satu-satunya alasanku untuk masuk sekolah. Dia adalah cewek yang sedang aku dekatin. Udah bener-bener deket, sampai akhirnya ada salah satu temannya Melinda yang ngomporin, "Mel.. kamu mau sama cowok yang lemot gitu?" sambil tertawa sinis. Dan itu membuat Melinda menjadi menjauhiku.

2 tahun aku harus menerima mereka memanggilku " si Lemot". Itu pun ditambah guru Fisika, dan guru Kimia yang juga ikut-ikutan. Padahal aku masuk kelas IPS, dan sama sekali gak pernah ketemu beliau berdua, aneh kan. But it's oke, ku terima bullyan itu.
Waktu pun cepat berlalu, Aku akan menghadapi Ujian Nasional. Ketakutanku cuma satu yakni gak lulus karena nilai Matematika. But, show must go on.. aku belajar maksimal untuk mata pelajaran ini.
And then setelah nilai Ujian Nasional diumumkan, aku lulus juga dengan nilai matematika berada di batas minimal. Yang penting lulus lah.

Selepas SMA, aku melanjutkan kuliah di Surabaya, karena ayahku dipindah tugaskan ke sana, dan kami sekeluarga diboyong ke Surabaya. Aku mengambil jurusan ilmu Hukum, karena berdasarkan nilai sekolahku, aku unggul di PKN dan ilmu sosial seperti Sosiologi dan Sejarah. Ternyata pilihanku tepat, aku pun cuma menempuh program Sarjanaku selama 3 tahun 3 bulan saja. Selepas itu, aku mengikuti pendidikan profesi advokat dan berhasil lulus juga. Berhubung aku sudah memiliki sertifikat advokat, aku berencana untuk mendirikan kantor advokat sendiri. Tapi di tengah jalan, aku diajak oleh salah satu Dosenku untuk menjadi konsultan hukum di salah satu Perusahaan Nasional yang ada di Surabaya. Aku pun gak mau melepaskan kesempatan ini, akhirnya aku ikut mengambil bagian menjadi salah satu konsultan hukum disana.

Awal karir, aku hanya mendapatkan upah minimum Surabaya, tapi gak masalah. 2 tahun kemudian, Dosenku pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai konsultan hukum. Aku juga ingin ikut mundur, karena dosenku itulah yang mengajakku menjadi konsultan hukum, tapi aku justru dihalang-halangi oleh beliau. Beliau percaya aku mampu menggantikannya. Apa boleh jadi, aku pun menerima tanggung jawab tersebut. Sejak tahun 2015 sampai sekarang aku mengampu tim konsultan hukum di perusahaan tersebut.

Bulan Maret kemarin, aku mendapatkan undangan reuni SMA dari salah satu temen kelasku, dia sampai detik ini masih memanggilku dengan si "Lemot". Selama ini aku sengaja gak pernah nongol di acara reunian, tapi berhubung aku kangen dengan Jogja, aku putuskan untuk ikut.
Di acara reunian seperti biasa, teman-teman sekelasku masih saja memanggilku " si Lemot", tapi kali ini aku santai menanggapinya berbeda ketika waktu SMA dulu. Ketika aku sedang mengambil minum, pundakku ditepuk oleh salah satu alumni. " Pak Juni? Bapak Ketua Tim hukumnya Indo**** kan? Wah gak nyangka ternyata kita satu angkatan pak, saya Mei pak.. staff production divisi susu pak." Begitu si Mei ngomong gitu, teman-temanku yang masih memanggilku "si Lemot" tadi melongo. Setelah bercakap-cakap dengan Mei, Mei pun kembali ke gengnya. Dari kejauhan, Melinda memanggilku. Aku pun menghampirinya. Yap, dia gadis pujaanku dulu yang selalu ku dambakan, tapi dia menjauh ketika aku diejek " si Lemot".

Aku pun menyapanya, "tumben, gak manggil aku "si Lemot"?" Dia pun minta maaf karena di masa lalu dia menjauhiku. Aku pun gak mempermasalahkannya. Dia mulai menjurus ke arah percintaan, dia mulai merayuku. Aku pun dengan sopan menolaknya. " Maaf Mel, aku dulu memang suka kamu,bahkan cinta sama kamu, tapi ketika kamu tau kalau aku dipanggil "si lemot" kamu pun menghindar denganku dan jual mahal." Dia pun berulang kali minta maaf dan memohon agar aku memulai kisah cintanya lagi dengan dia. Aku pun langsung bergegas meninggalkan dia dan menuju ke stand makanan. Di kejauhan, aku melihat pak Tamim yang tubuhnya tidak sekekar dulu lagi. Aku menghampirinya dan menyapanya.

" Malam pak Tamim, masih ingat saya?" dia pun mencoba-mengingat-ingat tapi nampaknya kesulitan. " Saya "si Lemot" pak.." lanjutku dengan ramah. Dia pun memelukku, sambil bercucuran air mata, dia minta maaf kepadaku. " Maaf nak, waktu SMA bapak mengatai kamu lemot,bahkan sampai satu sekolahan memanggilmu "si Lemot". Bapak bangga,ternyata kamu sukses. Barusan bapak tanya ke Mei, dia ngobrol sama siapa. Dan bapak kaget kalau ternyata kamu, siswa yang dulu bapak sebut "si Lemot". Dia pun bercerita tentang kehidupannya, di tahun 2016 Pak Tamim memutuskan untuk pensiun Dini karena stroke ringan dan mulai pikun. Setelah bercengkrama dengan Pak Tamim, aku memutuskan untuk kembali ke Hotel karena kelelahan.

Aku pun berpamitan dengan teman-teman sekelasku dulu. Keesokan paginya, aku kembali pulang ke Surabaya untuk kembali bekerja. Kangen dengan jogja, Jumat kemarin aku main ke jogja dengan beberapa teman kuliahku dulu. Nah, salah satu teman kuliahku dulu ternyata teman mainnya Goelasmin. Begitu ceritaku. Btw, Goelasmin ini ternyata hobi kulineran ya.. aku di Jogja cuma 3 hari tapi berat badanku naik 2 kilo. Sukses terus buat Goolali.

Buat kamu yang ingin membagi cerita inspirasimu , kamu bisa kirim ke email : goelaliindonesia@gmail.com
Tapi, sementara ini kami belum bisa memberikan apa-apa selain ucapan terima kasih hehe.

Baca juga cerita inspiratif lainnya :
Kisah Ida
Kisah Fera
Kisah Wulan

0 comments:

Post a Comment